BAB. 8 MEMPENGARUHI SIKAP DAN PRILAKU
Ciri-ciri kepribadian
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam
memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
(1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas
perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu
lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya,
misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan
afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan
kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu,
terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal,
diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari
Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan
Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori
Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull,
Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin
Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di
dalamnya mencakup :
- Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
- Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
- Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
- Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
- Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
- Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian
tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang
tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan
ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
Kepribadian yang sehat
- Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
- Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
- Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
- Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
- Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
- Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
- Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
- Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
- Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
- Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
- Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak sehat
- Mudah marah (tersinggung)
- Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
- Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
- Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
- Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
- Kebiasaan berbohong
- Hiperaktif
- Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
- Senang mengkritik/mencemooh orang lain
- Sulit tidur
- Kurang memiliki rasa tanggung jawab
- Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
- Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
- Pesimis dalam menghadapi kehidupan
- Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Faktor-faktor penentu kepribadian
Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada
umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh
siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu
komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian
seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang
dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan
yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa
sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik
genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian
mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor
seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100
pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara
terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian
variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan
faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi
perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip
dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik
dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan
bersama-sama.
Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang
seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam
membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu
kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara
memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika
kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri
mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan
agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga
daripada pekerjaan dan karier.
Sifat-sifat kepribadian
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian
berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik
permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang
umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika
ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat
kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti
telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi
karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan
dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.
Cara identifikasi kepribadian
Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi
sifat-sifat utama yang mengatur perilaku. Seringnya, upaya ini sekadar
menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya
memberikan sedikit bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan
organisasional. Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan Model
Lima Besar. Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi
kerangka kerja yang dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.
Myers-Briggs Type Indicator
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah tes kepribadian
menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah
satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan jawaban yang diberikan dalam tes
tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik ekstraver atau
introver, [sensitif]] atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau menilai.
Instrumen ini adalah instrumen penilai kepribadian yang paling sering
digunakan. MBTI telah dipraktikkan secara luas di perusahaan-perusahaan global
seperti Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE,
3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan bersenjata AS.
Model Lima Besar
Myers-Briggs Type Indicator kurang memiliki bukti
pendukung yang valid, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor
kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar. Selama beberapa tahun
terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung bahwa lima dimensi dasar saling
mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian
manusia. Faktor-faktor lima besar mencakup ekstraversi, mudah akur dan
bersepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi, dan terbuka terhadap hal-hal baru.
Menilai kepribadian
Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai
kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian
sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai dalam tes kepribadian membantu
manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan.
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian:
- Survei mandiri
- Survei peringkat oleh pengamat
- Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)
Sifat kepribadian utama yang
memengaruhi perilaku organisasi
Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu
menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri
mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak
berdaya atas lingkungan mereka. Evaluasi inti diri seorang
individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri
didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana
individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang
manusia.
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang
individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih
penting daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal
dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis
tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan,
mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan
berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa
ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka
sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis seringkali ingin
mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka
sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar
kepada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang
dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan
tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik
dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti
menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung
lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif
dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang
lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain.
Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan
secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil.
Karakteristik tipe A adalah:
- selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
- merasa tidak sabaran;
- berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
- tidak dapat menikmati waktu luang;
- terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung
oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai
perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam
lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.
Referensi
1. Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy
A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Hal.126-127
2. Stein, M. B.; Jang, K. L.; Livesley,
W. J. Heritability of Social Anxiety-Related Concerns and Personality
Characteristics: A Twin Study, New York: Viking, 2002. hal. 219-224.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar