BAB. 9 PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELI DAN KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah bidang ilmu yang
mempelajari cara individu, kelompok, dan organisasi dalam memilih, membeli,
memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka (Kotler,2005:201). Definisi lain perilaku
konsumen adalah ilmu yang mempelajari tentang unit pembelian (buying unit)
dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan
barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide (Mowen dan Minor,2002:6). Menurut Lamb (2001:188),
perilaku konsumen adalah menggambarkan bagaimana konsumen membuat
keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur
pembelian barang atau jasa. Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan
bukan masalah yang sederhana. Para pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan
keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Para pelanggan tersebut mungkin
tidak memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Mereka mungkin memotivasi pengaruh
yang mengubah pikiran mereka pada menit-menit terakhir (Kotler, 2005:201).
Proses pertukaran melibatkan serangkaian
langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan atau akuisisi, lalu ke tahap
konsumsi, dan berakhir dengan tahap disposisi produk atau jasa. Pada saat
menginvestigasi tahap perolehan, para peneliti menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Kebanyakan, penelitian perilaku konsumen
berfokus pada tahap perolehan. Salah satu faktor yang berkaitan dengan
pencarian dan penyeleksian barang serta jasa adalah simbolisme produk yaitu,
orang biasanya ingin mencari sebuah produk untuk mengekspresikan diri mereka
kepada orang lain tentang ide-ide tertentu dan arti diri mereka (Mowen dan
Minor,2002:7). Tahap konsumsi dan disposisi dari proses pertukaran hanya
sedikit sekali memperoleh perhatian. Dalam menginvestigasi tahap konsumsi,
menganalisis bagaimana para konsumen sebenarnya menggunakan produk atau jasa
dan pengalaman yang dilalui mereka saat menggunakannya. Pengalaman konsumsi
merupakan
bagian yang penting pada industri jasa. Tahapan disposisi mengacu pada apa yang
dilakukan oleh seorang konsumen ketika mereka telah selesai menggunakannya.
Sekali lagi, hal ini juga menunjukkan tingkat kepuasan konsumen setelah
pembelian barang atau jasa. Ketika konsumen memiliki harapan yang tidak realistis
atas sebuah produk, maka mereka tidak mungkin merealisasikan hasil yang telah
diantisipasi, dan kemungkinan besar mereka menjadi sangat tidak puas.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang ada diluar diri manusia (eksternal) dan faktor-faktor yang
ada di dalam diri manusia (internal). Faktor eksternal yang utama adalah faktor
kebudayaan dan sosial sedangkan faktor-faktor internal yang utama adalah faktor
pribadi dan psikologis. Menurut Anoraga (2000:227) dan Lamb (2001:201),
perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor sosial, faktor
individu dan faktor psikologis.
1.
Faktor Budaya
Faktor budaya merupakan karakter yang penting dari
suatu sosial yang membedakannya dari kelompok kultur lainnya (Lamb, 2001:202).
Menurut Purimahua (2005 :545), faktor budaya adalah kebiasan suatu masyarakat dalam
menanggapi sesuatu yang dianggap memiliki nilai dan kebiasaan, yang bisa
dimulai dari mereka menerima informasi, posisi sosial mereka dalam masyarakat,
dan pengetahuan mereka tentang apa yang mereka rasakan. Budaya adalah penentu
yang mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya adalah sekelompok
nilai-nilai sosial yang diterima masyarakat secara menyeluruh dan tersebar
kepada anggota-anggotanya melalui bahasa dan simbol-simbol. Setiap budaya
terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil yang menyediakan identifikasi dan
sosialisasi yang lebih spesifik bagi anggota-anggotanya. Subbudaya meliputi kebangsaan,
agama, ras dan daerahgeografis (Anoraga,2000:227).
Hubungan
Faktor Budaya dengan Keputusan Pembelian
Faktor budaya merupakan sekelompok nilai-nilai
sosial yang diterima masyarakat secara menyeluruh dan tersebar kepada
anggota-anggotanya melalui bahasa dan simbol-simbol (Anoraga, 2007:227). Faktor
budaya memberikan pengaruh paling luas dan mendalam pada tingkah laku konsumen.
Pemasaran harus mengetahui peran yang dimainkan oleh budayabudaya, sub-budaya,
dan kelas sosial. Budaya mengacu pada gagasan, simbolsimbol
yang
memiliki makna untuk berkomunikasi, nilai, melakukan penafsiran dan evaluasi
sebagai anggota masyarakat. Budaya dapat dilihat dari kepercayaan, pandangan
dan kebiasaan konsumen terhadap suatu produk. Semakin tinggi kepercayaan
terhadap produk, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian.
Hasil penelitian Purimahua (2005)
dan
Sriwardingsih, dkk (2006) menunjukkan bahwa budaya berpengaruh keputusan
pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut :
2.
Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan sekelompok orang yang
sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan di dalam status atau
penghargaan komunitas yang secara terus-menerus bersosialisasi di antara mereka
sendiri baik secara formal dan informal (Lamb,2001:210). Menurut Purimahua
(2005:546), faktor sosial adalah sekelompok orang yang mampu mempengaruhi perilaku
individu dalam melakukan suatu tindakan berdasarkan kebiasaan. Faktor sosial
ini terdiri dari kelompok referensi, keluarga peranan dan status. Yang dimaksud
dengan kelompok referensi adalah kelompok yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Para anggota keluarga juga
dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Ada dua macam
keluarga dalam kehidupan pembeli, yaitu keluarga sebagai sumber orientasi yang
terdiri dari orang tua; dan keluarga sebagai sumber keturunan, yaitu pasangan
suami istri dan anak-anaknya. Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat
dijelaskan dalam pengertian peranan dan status. Setiap peran akan mempengaruhi
perilaku pembelian seseorang (Anoraga,2000:227).
Hubungan Faktor Sosial dengan
Keputusan Pembelian
Faktor sosial merupakan sekelompok orang yang
sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan di dalam status atau
penghargaan komunitas yang secara terus menerus bersosialisasi di antara mereka
sendiri, baik secara formal dan informal (Lamb,2001:210). Tingkah laku konsumen
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga,
serta peran dan status sosial konsumen. Kelompok referensi memiliki pengaruh langsung
(tatap muka) atau pengaruh tidak langsung pada sikap dan perilaku seseorang.
Kelas sosial kadang-kadang berupa suatu sistem kasta dimana anggota dari kasta
yang berbeda untuk peranan-peranan tertentu dapat mengubah keanggotaan kasta
mereka, termasuk dalam pembelian suatu produk.. Faktor sosial dapat dilihat
dari hubungan dengan teman, keluarga dan
orang
tua dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Semakin tinggi hubungan dengan
teman, keluarga dan orang tua, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk
melakukan pembelian. dengan Hasil penelitian Purimahua (2005) dan
Sriwardingsih, dkk (2006) menunjukkan bahwa faktor sosial berpengaruh keputusan
pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut :
3.
Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan suatu cara mengumpulkan dan
mengelompokkan kekonsistenan reaksi seorang individu terhadap situasi yang
sedang terjadi (Lamb,2001:221). Menurut Purimahua (2005:546), faktor pribadi
adalah pola kebiasaan seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan terdekat dalam
menentukan pilihan, kemudian diekspresikan dalam suatu tindakan. Keputusan
seseorang untuk membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi
yang unik dari masing-masing individu, seperti jenis kelamin, usia dan tahapan
dalam siklus hidup, kepribadian, konsep diri dan gaya hidup. Karakteristik
individu umumnya stabil selama dalam satu siklus hidup seseorang. Misalnya,
kebanyakan orang tidak suka merubah jenis kelamin dan tindakannya merubah
kepribadian atau gaya hidup yang membutuhkan orientasi kembali selama satu
periode kehidupan. Pada kasus usia dan tahapan siklus hidup, perubahan-perubahan
ini terjadi secara berangsur-angsur sepanjang waktu (Lamb,2001:221).
Hubungan Faktor Pribadi dengan
Keputusan Pembelian
Faktor pribadi merupakan cara mengumpulkan dan
mengelompokkan kekonsistenan reaksi seorang individu terhadap situasi yang
sedang terjadi (Lamb,2001:221). Perilaku seseorang dalam membeli sesuatu juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor kepribadian dari konsumen yang bersangkutan. Faktor pribadi
menggabungkan antara tatanan psikologis dan pengaruh lingkungan. Termasuk
watak, dasar seseorang, terutama karakteristik dominan mereka. Meskipun
kepribadian adalah salah satu konsep yang berguna dalam mempelajari perilaku
konsumen, beberapa pemasar percaya bahwa kepribadian mempengaruhi jenis-jenis
dan merek-merek produk yang dibeli. Kepribadian seseorang terbentuk disebabkan
oleh bermacam-macam indikator, seperti pekerjaan orang tua, keadaan ekonomi dan
gaya hidup.
Semakin
tinggi jabatan orang tua dalam bekerja, mapan dari segi ekonomi dan gaya hidup
yang semakin meningkat, maka semakin tinggi keputusannya untuk membeli suatu
produk. Hasil penelitian Purimahua (2005) dan Sriwardingsih, dkk (2006)
menunjukkan bahwa faktor pribadi berpengaruh keputusan pembelian. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat dibuat
hipotesis
sebagai berikut :
4.
Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan cara yang digunakan
untuk mengenali perasaan
mereka,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran dan pendapat dan
mengambil tindakan (Lamb,2001:224). Menurut Purimahua (2005:546), faktor
psikologis adalah dorongan dari diri seseorang yang mempengaruhi pemilihan
sesuatu berdasarkan atas keluwesan terhadap produk yang digunakan, keinginan
yang lebih besar dan kemudahan penggunaan produk tersebut dibandingkan dengan
yang lain.
Hubungan Faktor Psikologis dengan
Keputusan Pembelian
Faktor psikologis merupakan cara yang digunakan
untuk mengenali perasaan
mereka,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran dan pendapat dalam
mengambil tindakan (Lamb,2001:224). Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi
oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan,
keyakinan dan sikap. Motivasi seseorang memiliki beberapa kebutuhan pada suatu
waktu, bisa biogenik, yaitu muncul dari ketegangan fisiologis, seperti lapar,
dahaga, kenyamanan, kebutuhan psikogenik, yaitu muncul dari ketegangan
psikologis, seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri dan merasa terhina di
lingkungan masyarakat. Semakin tinggi motivasi, persepsi, pengetahuan,
keyakinan dan sikap seseorang terhadap suatu produk, maka semakin tinggi
keputusan konsumen untuk
melakukan pembelian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar